"Pornografi itu makan bandwidth 40%, sementara kontribusi bandwidth untuk bisnis tidak lebih dari 1%. Kalau dibiarkan seperti ini terus, produktivitas nasional hancur," kata Andi Budimansyah, Ketua Umum Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) kepada detikINET, Senin (17/11/2014).
Sementara menurut Wakil Ketua Internet Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) M Salahuddien, pornografi dan judi online memang merupakan konten negatif yang menghabiskan sumber daya bandwidth internet di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permasalahan tentang internet lelet karena pornografi, sebenarnya pernah dibahas di era Menkominfo Tifatul Sembiring. Namun sayangnya, kata Salahuddien, pernyataan Tifatul yang akhirnya jadi bahan omongan di Twitter waktu itu kurang dipahami oleh publik.
"Waktu itu Tifatul bicara tentang 'internet cepat buat apa?' dalam kaitannya dengan internet negatif. Jadi buat apa kita punya internet kencang kalau cuma dipakai untuk yang negatif saja," ujar pria yang akrab disapa dengan panggilan Didin Pataka ini.
"Karena datanya memang begini, 70% internet digunakan untuk fun, entertainment, games, dan 30% oleh konten negatif, jadi gross-nya cuma 10% saja untuk produktivitas. Jadi buat apa punya internet cepat kalau cuma fasilitasi yang negatif seperti itu," jelasnya lebih lanjut.
Menurut Sylvia Sumarlin, Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), masalah pornografi di dunia maya memang sangat meresahkan. Selain menghabiskan bandwidth besar dan sering ditunggangi malware, Indonesia juga menjadi sorotan Interpol dalam kasus perdagangan manusia dan pornografi anak.
(rou/ash)