Ternyata, salah satu hal yang mempengaruhi tingkat toleransi alkohol adalah faktor genetik, menurut penjelasan dr Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction And Neurosience (IMAN). Melalui pesan singkat, dr Hari mengungkap gen CYP2E1 merupakan gen utamanya.
"Gen ini yang bertugas memecah atau memetabolisme alkohol dalam tubuh. Singkatnya kira-kira begitu," jelasnya.
Tak cuma genetik, faktor lingkungan juga berperan dalam hal ini. Faktor ini dikenal dengan gene by environment interaction.
"Jadi kalo ada orang yang punya variasi gen CYP2E1 ini dia punya risiko lebih besar untuk mentoleransi alkohol. Ketika lingkungannya misalnya terbiasa minum alkohol menjadi kebiasaan orang tersebut dan di sekitarnya maka si variasi gen ini akan bekerja ketika orang tersebut minum alkohol, jadi lebih kuat minumnya," tambah dr Hari.
Kebiasaan minum alkohol bukanlah hal yang baik. Mulut kering, sakit kepala, perut yang tak nyaman, serta mudah memar adalah contoh efek samping yang bisa muncul ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Mulai sekarang harus dibiasakan untuk mengurangi minuman alkohol ya.