Salah seorang warna binaan di Rutan Kebonwaru, Bandung, Agustinus, mengakui sengaja membawa rice cooker tersebut. Dia beralasan biaya makan di rutan sebesar Rp 14 ribu per hari per orang dirasa kurang.
"Sehingga kami menyediakan rice cooker. Kalau mengandalkan jatah, terbatas," ujar Agustinus di Rutan Kebonwaru pada 24 Juli 2018.
Berdasarkan APBN, jatah makan di Indonesia dibagi tiga rayon. Rayon 1 sekitar Rp 12 ribu, rayon 2 sebesar Rp 15 ribu, dan rayon 3 sebesar Rp 17 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, apakah cukup makan sehari Rp 14 ribuan? Dengan hitung-hitungan makan 3 kali, berarti sekali makan Rp 5 ribu.
"Kalau pagi dikasih bubur kacang hijau, besoknya ganti ubi rebus. Diselang-seling," kata penghuni LP Cipinang yang tak mau disebutkan namanya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Makan pagi, makan siang, dan makan malam dengan nasi dan sayur. Adapun untuk lauk, jenisnya bergantian, yaitu tempe, ikan asin, telur asin, dan telur rebus.
"Jatah sayur tauge pagi setiap tanggal 3, 13, dan 23. Jatah daging setiap tanggal 3, 5, dan 8," ujarnya sambil tertawa sampai hafal menu makanan bulanan.
Dengan jatah makan Rp 5.000 per hari, napi mengaku pasrah. Mereka lalu mengakali dengan membawa rice cooker dengan harapan bisa makan nasi hingga kenyang.
"Kalau mengandalkan jatah, terbatas," ujar Agustinus.
Di sisi lain, dengan banyaknya warga binaan yang mencapai lebih dari 100 ribu orang, anggaran makan napi pun membengkak. Negara harus merogoh kocek triliunan rupiah untuk memberi mereka makan.
"Kita ambil range Rp 17 ribu kita ambil titik tengahnya Rp 15.500, kita membelanjakan makan aja Rp 1 T lebih, kita kekurangannya Rp 300 M hanya untuk makan," kata Menkum HAM Yasonna Laoly.
Dengan keterbatasan itu, Kemenkum harus memutar otak. Di satu sisi mereka harus memberikan pembinaan yang manusiawi kepada warga binaan, di sisi lain dana negara terbatas. Jatah makan hanya satu persoalan, belum lagi soal air bersih dan kapasitas sel yang seharusnya diisi 5 orang, bisa diisi hingga 25 orang.
Belum lagi aparat penegak hukum acap kali kurang selektif menahan seseorang, sehingga isi rutan/LP membengkak. Penegakan hukum yang masih melulu 'penjara-sentris' menjadi salah satu pemicu rusuhnya LP.
"Kalau gerakan-gerakan penangkapan ini bertambah, kalau trennya seperti Januari-April, yaitu 1.800 orang/bulan, maka kita bisa hitung posisinya seperti apa," cetus Yasonna.
Tonton juga video: 'Berbagai Fasilitas Mewah di Sel Lapas Sukamiskin'
(asp/rjo)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini